Jalan Senyap Rocky Candra Pulangkan Pekerja Migran asal Jambi dari Kamboja

Anggota DPR RI, Rocky Candra pilih jalan senyap pulangkan Migran Asal Jambi dari Kamboja
Anggota DPR RI, Rocky Candra pilih jalan senyap pulangkan Migran Asal Jambi dari Kamboja

Namun ancaman baru datang. Perusahaan menyebarkan foto-foto mereka, memberi sayembara USD 20.000 (sekitar Rp300 juta) bagi siapa pun yang bisa menangkap mereka.

Setiap malam mereka pun berpindah hotel, dengan kondisi keuangan yang menipis, berhemat makan sekali sehari. Mereka khawatir jika tertangkap dan lalu dijual (TPPO) ke perusahaan untuk dipekerja-paksakan kembali.

Bacaan Lainnya

Dalam beberapa hari itu, mereka terpaksa bersembunyi sambil menunggu harapan agar ada kemudahan mengakses KBRI.

Harapan itu datang dari Jambi. Seorang kawan menelepon Rocky Candra, Anggota DPR RI dari Dapil Jambi. Ia menyampaikan kabar pilu bahwa anak temannya, Fastika, kini jadi buruan di Kamboja. Ibunda Fastika menangis, meminta pertolongan.

Rocky bergerak cepat. Ia menghubungi Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Kebetulan, Wakil Menteri P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla, adalah sahabatnya sesama aktivis Pemuda Muhammadiyah. Selain itu, Rocky Candra juga berkoordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri di Kamboja untuk mencarikan solusi.

Koordinasi senyap digelar. Tanpa banyak publikasi, pemerintah dan jaringan diplomasi bekerja. Mereka pun segera dapat mengisi Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP). Secarik kertas itulah yang menjadi “jimat penyelamat” bagi WNI yang berada dalam situasi khusus dan membutuhkan dokumen perjalanan untuk kembali ke Indonesia.

Perlahan, delapan pekerja migran itu berhasil dievakuasi dari Phnom Penh, selamat dari ancaman buruan, hingga akhirnya berhasil tiba di Indonesia.

Rocky Candra mengatakan, kepulangan anak-anak muda Indonesia yang nyaris menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja itu membuktikan negara hadir memperhatikan nasib pekerja migran Indonesia.

Lebih lanjut, ungkap Rocky, Presiden Prabowo Subianto sering berpesan agar menjadikan politik sebagai wadah pengabdian untuk masyarakat. Dirinya pun teringat dalam upayanya menolong warga Jambi pulang ke Tanah Air, Prabowo pernah mengatakan,

“Kalau tidak bisa membantu banyak orang, bantulah beberapa orang. Kalau tidak bisa bantu beberapa orang, bantulah satu orang.”

Kader muda Partai Gerindra itu pun mengingatkan agar warga Jambi jangan mudah terperdaya oleh iming-iming untuk bekerja di luar negeri. Terlebih melalui jalur yang tidak resmi.

“Ikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku demi keselamatan nyawa,” ujar Rocky.

Bagi Farhan, Fastika, Shendy, dan Pranbana, pulang bukan berarti bebas dari luka. Trauma tetap ada. Tetapi jalan pulang membuktikan bahwa masih ada tangan-tangan yang peduli.

Rabu, 20 Agustus 2025, usai waktu maghrib, setelah keluar dari Terminal Kedatangan 2F Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, mereka sudah ditunggu oleh Tim Tenaga Ahli Rocky Candra dan Tim BP3MI Banten.

Empat pemuda Jambi itu pun diantar menggunakan mobil untuk menginap di kediaman Rocky Candra di Jakarta.

Kamis, 21 Agustus 2025, di pagi hari mereka kembali diantar ke Bandara Soekarno-Hatta terbang ke Bandara Sultan Thaha Saifuddin untuk pulang ke rumahnya masing-masing di Jambi.

“Kebaikan dan pertolongan kepada kami ini bukti hadirnya negara terhadap nasib anak bangsa, khususnya pekerja migran Indonesia,” kata Fastika.

Selain empat warga Jambi di atas, ada juga empat warga Kalimantan Barat (Kalbar) turut serta dibantu Rocky Candra pulang ke Tanah Air, yaitu Ng Suna (25), Vivi (27), Ferawati (25), dan Suhardi (28).

Keempat warga Kalbar itu dibawa ke Rumah Ramah shelter milik BP2MI untuk beristrahat, sebelum kemudian esok hari mereka pulang ke kampung halama mereka.

Jalan senyap Rocky Candra memulangkan warga Jambi dari Kamboja ini lebih dari sekadar penyelamatan. Ia menyingkap wajah kelam perdagangan manusia yang masih mengincar anak-anak muda Indonesia lewat janji-janji manis pekerjaan luar negeri.

Namun, di balik kegelapan itu, ada sinar kecil: keberanian korban untuk melawan, dan keberpihakan seorang wakil rakyat yang memilih turun tangan dalam senyap.

Pos terkait