VOJNEWS.ID, JAMBI – Kinerja keuangan PT RMK Energy Tbk (IDX: RMKE) menjadi sorotan publik dan pelaku pasar modal. Meski harga saham RMKE tercatat menguat pada perdagangan Kamis, 12 Desember 2025, laporan keuangan perusahaan justru menunjukkan tekanan pada laba bersih, memunculkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kondisi tersebut.
Berdasarkan data perdagangan, saham RMKE ditutup di level Rp4.450 per lembar, naik 1,60 persen dari penutupan sebelumnya. Dalam perdagangan harian, saham bergerak di rentang Rp4.300 hingga Rp4.540, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp19,38 triliun. Rasio Price to Earnings (P/E) tercatat sebesar 110,43, sementara imbal hasil dividen berada di kisaran 0,08 persen.
Dari sisi kinerja keuangan, laporan tiga bulanan per September 2025 mencatat pendapatan sebesar Rp546,74 miliar, tumbuh 5,68 persen secara tahunan. Namun, laba bersih justru turun 28,69 persen menjadi Rp51,14 miliar. Penurunan ini turut diikuti oleh melemahnya laba per saham (EPS) menjadi 11,69 serta penyusutan margin laba bersih menjadi 9,35 persen.
Tekanan laba tersebut terjadi di tengah tantangan sektor batu bara dan logistik energi yang masih berfluktuasi. Kenaikan biaya operasional, logistik, serta faktor efisiensi menjadi perhatian utama dalam menjaga keberlanjutan kinerja perusahaan yang bergerak di rantai pasok energi.
Di tingkat daerah, perhatian publik turut mengarah pada PT SAS, anak perusahaan RMK Energy yang beroperasi di Provinsi Jambi. Sejumlah elemen masyarakat menilai aktivitas PT SAS belum berjalan optimal dan cenderung stagnan. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai kontribusi anak usaha terhadap kinerja konsolidasi perusahaan induk.






