VOJNEWS.ID – Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi diprediksi akan mengalami perlambatan serius menjelang akhir tahun 2025. Sejumlah indikator menunjukkan bahwa tekanan terhadap ekonomi daerah semakin nyata, baik akibat faktor domestik seperti selesainya proyek infrastruktur besar, maupun faktor eksternal seperti risiko iklim dan dinamika perdagangan global. Keempat faktor utama yang saling terkait ini mengindikasikan bahwa perekonomian Jambi berada dalam posisi yang rentan, dan membutuhkan langkah-langkah mitigasi yang cepat dan terarah dari seluruh pemangku kebijakan.
Penyebab pertama yang menjadi sorotan utama adalah berakhirnya sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang selama ini menjadi tulang punggung pembangunan di Jambi. Dengan selesainya proyek-proyek tersebut, Jambi kini hanya mengandalkan proyek prioritas nasional yang skalanya lebih kecil dan terbatas. Akibatnya, aktivitas investasi yang sebelumnya ditopang oleh kehadiran proyek besar menjadi melambat, memicu turunnya permintaan terhadap barang dan jasa lokal, serta berdampak langsung pada serapan tenaga kerja.
Selain lesunya investasi, risiko iklim juga menjadi penyebab yang mengkhawatirkan. Potensi terjadinya anomali cuaca seperti musim kemarau ekstrem dan hujan yang tak menentu diperkirakan akan mengganggu produktivitas sektor pertanian dan perkebunan. Komoditas andalan Jambi seperti tanaman bahan makanan (Tabama), hortikultura, dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sangat rentan terhadap perubahan pola cuaca. Petani mulai melaporkan turunnya hasil panen serta meningkatnya serangan hama, yang berdampak langsung pada penghasilan mereka dan ketersediaan bahan pangan lokal.
Faktor ketiga berasal dari dinamika ekonomi global, khususnya kebijakan dagang Amerika Serikat yang menerapkan skema The Fair and Reciprocal Trade. Kebijakan ini menaikkan tarif impor untuk berbagai komoditas dan memperluas negara yang dikenai pembatasan, termasuk Indonesia. Fragmentasi perdagangan global ini berdampak negatif terhadap ekspor komoditas unggulan Jambi seperti karet dan CPO. Banyak pelaku ekspor mengaku merugi karena tingginya biaya dan turunnya permintaan dari pasar internasional, sehingga terpaksa menghentikan pengiriman dan mengurangi tenaga kerja.
Tak kalah penting, tekanan juga datang dari dalam negeri melalui kebijakan efisiensi fiskal pemerintah pusat. Belanja negara yang diperkirakan akan ditekan pada tahun 2025 akan berdampak langsung pada belanja daerah, terutama pengurangan pada sektor infrastruktur dan layanan publik. Beberapa lapangan usaha strategis seperti konstruksi, perdagangan besar, dan industri pengolahan akan ikut terdampak. Perlambatan ini dikhawatirkan akan meningkatkan angka pengangguran, menurunkan pendapatan masyarakat, dan memperlambat pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Gabungan dari semua faktor tersebut menjadikan Provinsi Jambi berada dalam situasi yang penuh risiko. Pemerintah daerah dituntut untuk segera mengambil langkah strategis, mulai dari memperkuat ketahanan sektor UMKM, memperluas diversifikasi ekonomi, hingga mendorong transformasi digital di sektor produktif. Jika tidak ditangani dengan baik, risiko perlambatan ekonomi ini bisa berubah menjadi krisis sosial-ekonomi yang mendalam di masa mendatang.
Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi Agus Sudibyo di Jambi dari Berita Resmi Statistik (BRS) periode Agustus 2025 yang dilaksanakan bersama KPW Bank Indonesia Provinsi Jambi, Kanwil DJPb Provinsi Jambi dan BAPPEDA Provinsi Jambi di Jambi, Selasa (5/8/2025). Perekonomian Provinsi Jambi 2025 itu diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II tahun 2025, mencapai Rp87,25 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp46,35 triliun.
Sektor Informasi dan Komunikasi mencatatkan laju pertumbuhan paling tinggi dari sisi produksi, dengan capaian sebesar 12,68 persen. Sementara itu, dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terdapat pada Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), yang meningkat sebesar 8,65 persen.
Jika dibandingkan dengan semester pertama tahun sebelumnya, ekonomi Provinsi Jambi pada Semester I 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,78 persen secara tahunan (c to c). Secara sektoral, sebagian besar lapangan usaha mengalami pertumbuhan, di mana sektor Transportasi dan Pergudangan menunjukkan peningkatan tertinggi dengan angka 11,06 persen.
“Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 4,86 persen dari sisi pengeluaran,” kata dia.
Ia juga menyampaikan bahwa nilai ekspor komoditas asal Jambi pada Triwulan II 2025 tercatat sebesar 311,21 juta dolar AS, turun signifikan sebesar 46,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 579,72 juta dolar AS. Sebaliknya, nilai impor menunjukkan peningkatan sebesar 28,06 persen, dari sebelumnya 9,76 juta dolar AS pada Triwulan II 2024 menjadi 12,50 juta dolar AS di tahun 2025.
Sektor pertambangan tetap menjadi penyumbang utama ekspor daerah, dengan tren yang cenderung naik dibandingkan tahun lalu. Namun, untuk impor, meskipun sektor industri menjadi penyumbang terbesar, terjadi penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y).
“Terjadi depresiasi nilai kurs IDR ke dolar AS pada Triwulan 2 tahun 2024 dari Rp16.090 per dolar AS menjadi Rp16.428 per dolar AS di Triwulan II tahun 2025,” pungkasnya.