Perubahan tersebut menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen pelaksana program di daerah. Program MBG yang sejak awal digadang-gadang sebagai upaya pemenuhan gizi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, justru dikhawatirkan hanya menjadi formalitas jika tidak dijalankan sesuai standar.
Selain aspek gizi, penggunaan plastik sebagai wadah makanan juga dinilai bertentangan dengan semangat kesehatan dan kepedulian lingkungan. Padahal, sebelumnya penggunaan ompreng dinilai lebih higienis dan ramah lingkungan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan resmi dari pihak SPPG maupun instansi terkait mengenai alasan perubahan menu dan kemasan tersebut.






