Ernawati, Perempuan Jambi Merajut Harapan Dari Tanah Terlantar Jadi Kolam Ikan Patin

VOJNEWS.ID, JAMBI — Di sebuah desa bernama Teluk Ketapang Kabupaten Batanghari di Provinsi Jambi, nama Ernawati kini dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah. Perjalanannya dimulai pada tahun 2008, ketika ia bersama sebelas perempuan lain berdiri di tepi sebidang tanah kosong. Lahan itu gersang dan tidak terurus, tetapi dalam bayangan mereka, lahan tersebut bisa menjadi kolam-kolam berkilau yang penuh dengan ikan.

“Kami, sekelompok perempuan, adalah yang pertama di desa kami. Kami tahu akan ada banyak tantangan, tetapi itu juga berarti kami bisa belajar sesuatu yang baru setiap hari,” ujar Ernawati mengenang langkah awalnya.

Ernawati saat diwawancarai menyampaikan rasa syukur dan Terima kasih kepada semua pihak sehingga sampai pada posisi saat ini.

“Saya sampaikan terima kasih mulai dari masyarakat, pihak desa, dinas perikanan batanghari, Dinas kelautan dan perikanan provinsi Jambi, balai benih induk sungai gelam dan juga Bank Indonesia provinsi Jambi yang berkontribusi terhadap pencapaian ini,” ucapnya.

Terpisah via pesan Whatsaps Konsultan Pendamping UMKM Bank Indonesia Provinsi Jambi Muhammad Syafi’i mengapresiasi pencapaian yang telah diraih oleh Ibu Ernawati dan poktan Harapan Maju. Bank Indonesia terus bersinergi dengan seluruh stake holder yang terlibat bangga, atas penghargaan dari FAO.

” Bank Indonesia menjalankan amanah peran strategis dalam upaya mendorong ketahanan pangan di daerah melalui sinergitas yang kuat antar lembaga untuk mencapai peningkatan ekonomi masyarakat,” ujar Konsultan yang telah ikut mendampingi poktan Harapan Maju.

Terpisah Ernawati kembali mengungkakan masa-mada Kala itu, saat memulai membudidayakan ikan patin bukanlah pilihan yang populer. Di tengah dominasi perkebunan karet dan kelapa sawit di Jambi, keputusan itu dianggap langkah berani, bahkan nekat. Namun bagi Ernawati, mencoba hal baru justru membuka pintu kesempatan.

Dua tahun berselang, kenyataan pahit menghampiri. Usaha yang dijalankan tak kunjung memberi keuntungan. Delapan perempuan akhirnya menyerah dan memilih mundur. Hanya empat orang yang masih bertahan, termasuk Ernawati.

“Sebuah pintu baru sudah terbuka, dan kami tidak bisa begitu saja meninggalkannya. Kami sudah hampir sampai,” kata Ernawati dengan mata berbinar. Tekad itu membuatnya terus mencari jalan keluar.

Ia lalu mulai bereksperimen. Beban terbesar selama ini adalah biaya pakan ikan yang mahal karena harus mengandalkan produk impor. Bersama penyuluh perikanan setempat, Ernawati dan rekan-rekannya mencoba meramu pakan sendiri. Dari ikan asin, bungkil kelapa, dan dedak padi, mereka menemukan formula baru.

Pos terkait